Bijakkah Ambil KTA Buat Keperluan Konsumtif?

“Salah satu kesalahan hidup adalah cuci mata yang berujung nangis darah”

Itulah isi status Facebook Didit yang komentari foto berupa deretan kamera mirroless terbaru yang terpajang di etalase sebuah gerai di pusat perbelanjaan.

Kalimat yang mengandung pesan derita Didit yang sadar diri ‘isi dompet jauh dari kata cukup untuk boyong itu barang.”

Derita Didit bisa jadi dialami banyak orang. Ada keinginan memiliki sebuah barang, tapi apa daya dana terbatas.

Meski Didit lebih suka nangis darah karena enggak mau berutang untuk hal yang konsumtif, tapi tidak bagi sebagian orang.

“Kan bisa minjem duit ke bank. Mumpung ada tawaran KTA.”

KTA buat keperluan konsumtif
Ingat aja kalau KTA pasti ada bunganya. Pikir-pikir dulu deh ya sebelum ngajuin (utang/Financial Helper)

Iya, KTA atau kredit tanpa agunan bisa menjadi solusi orang terhindar ‘nangis darah’ seperti yang dialami Didit.

Dengan embel-embel proses singkat, tanpa syarat bertele-tele, sampai cicilan yang ringan, jadi jurus untuk memikat mereka yang lagi ‘butuh dana instan’.

Masalahnya, kadang konteks butuh dana instan ini absurb banget. Enggak jarang orang ambil pintas pinjaman bukan untuk kebutuhan produktif atau lagi darurat, tapi sekadar memuaskan hasrat konsumtif!

Mumpung ditawarin sales, mumpung gampang cairnya, mumpung enggak pakai jaminan, mumpung cicilannya ringan. Pokoknya cari alibi yang kuat buat ambil KTA meski dimaksudkan untuk hal yang konsumtif.

Pihak penawar KTA enggak bakal banyak tanya. Duit yang dicairkan bisa digunakan sesuka hati peminjam. Mereka tahunya cuma cicilannya wajib diberesi sesuai jatuh tempo.

Enggak sedikit orang yang menyandarkan gaya hidup konsumtif lewat utang. Padahal opsi ambil KTA itu diikuti dengan ongkos yang mahal. Bunga KTA terbilang tinggi dengan alasan enggak pakai jaminan.

Bila penggunannya hanya memuaskan gaya hidup konsumtif, maka sudah bisa ditebak bayang-bayang utang segunung bakal menghantui. Bisa jadi banyak yang abai dengan bahaya ini.

Jangan budayakan berutang

Wajib setuju dong sama prinsip jangan budayakan berutang. Lebih enak  budayakan hidup bergelimang barokah.

KTA buat keperluan konsumtif
Utang itu beban pastinya, makanya lebih baik utang itu dikurangi atau dilunasin secepatnya (ilustrasi hapus utang/Istockphoto)

Bukan maksud sok ceramahi. Tapi sekadar mengingatkan betapa jeratan utang itu bikin hidup enggak nyaman.

Bener sih pada prinsipnya, orang berutang karena ketidakmampuan untuk menutupi kekurangan dana yang dikehendaki.

Hanya batasi area kekurangan dana itu untuk apa dulu. Hindari konteks kekurangan dana itu untuk hal-hal yang konsumtif.

Semacam masukan aja biar enggak gampang tergoda tawaran KTA.

1. Please, jangan kepikiran berutang. Kalau mau belanja-belanji, lebih baik bayar pakai cash. Kalau enggak ada ya tunda dulu. Pakai prinsip, no money no shopping.

2. Bayangkan debt collector itu sadis, kasar, dan mukanya sangar-sangar. Kalau enggak mau ketemu tipe beginian, jangan ngutang!

3. Hidup konsumtif itu menjerumuskan. Udah itu aja.

KTA buat keperluan konsumtif
Gara gak bayar cicilan KTA didatengin debt collector badannya segede The Rock. Waduh mau lari kemana bos (The Rock/PinIMG)

Sudah paham kan mengapa Didit pilih nangis darah di awal ketimbang nangis darah belakangan?

Jauhi deh ambil KTA gara-gara merasa di posisi keadaan mendesak karena kebutuhan konsumtif.

Idealnya, gunakan utang untuk meningkatkan pendapatan bukan malah merongrong pendapatan. Yang setuju, silakan ngacung!

 

 

Yang terkait artikel ini:

[Baca: Pilihan KTA Bertenor Panjang bagi yang Kesulitan Nyicil]

[Baca: Orang yang Punya Banyak Utang Bakal Kayak Gini Nih di Kantor]

[Baca:Daftar Kebiasaan Kecil yang Susah Keluar dari Jeratan Utang]

 

Belum ada Komentar untuk "Bijakkah Ambil KTA Buat Keperluan Konsumtif?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel